Tanabata, Kisah Cinta Orihime dan Hikoboshi
![]() |
| (Sumber : http://rosana127.deviantart.com/art/Orihime-and-Hikoboshi-308101283 |
Dua kekasih di langit malam hari, Orihime (Vega) dan Hikoboshi (Altair), sebenarnya adalah dua bintang yang terpisah sepanjang galaksi. Keduanya dapat menyeberangi Bimasakti hanya sekali dalam setahun untuk menghabiskan malam bersama, pada hari ke-7 di bulan ke-7.
Tanabata (七夕) atau Festival Bintang merupakan salah satu
tradisi kebudayaan Jepang yang diselenggarakan setiap tanggal 7 Juli. Pada
perayaan Tanabata, orang jepang memiliki tradisi untuk menuliskan
harapan-harapan pada Tanzaku (secarik kertas kecil berwarna-warni), dan
kemudian menggantungkannya di batang pohon bambu yang diberi nama
"Sasa".
Altair dan Vega
Legenda Tanabata di Jepang mengisahkan tentang “Gadis
Penenun dan Sang Penggembala Sapi”. Diceritakan
pada suatu masa, hidup seorang Dewa Bintang dengan seorang putri cantik yang
bernama Orihime (Putri Tenun) yang dikenal sebagai bintang Vega.
Setiap hari Orihime menenun pakaian untuk sang Dewa. Hal ini membuat sang
Dewa bintang merasa cemas karena melihat putrinya yang selalu bekerja keras
menenun tiada henti. Untuk menghibur hati sang putri, Dewa memutuskan untuk
mencarikannya teman. Dan memperkenalkan Orihime dengan seorang penggembala
sapi bernama Hikoboshi yang dikenal
sebagai bintang Altair. Ia terkenal rajin dan ulet.
Setelah Orihime berkenalan dengan Hikoboshi, keduanya merasa jatuh hati. Setiap hari mereka berusaha bertemu sehingga melupakan masing-masing pekerjaannya. Orihime tidak lagi menenun, sehingga sang dewa tidak memiliki baju untuk dipakai. Sedangkan Hikoboshi tidak lagi meggembala hingga sapi-sapinya banyak yang berkeliaran dan sakit.
Melihat hal ini dewa bintang marah besar dan memutuskan untuk memisahkan paksa keduanya. Orihime dan Hikoboshi tinggal dipisahkan sungai Amanogawa (Galaksi Bima Sakti) dan melarang mereka untuk bertemu.
Setelah Orihime berkenalan dengan Hikoboshi, keduanya merasa jatuh hati. Setiap hari mereka berusaha bertemu sehingga melupakan masing-masing pekerjaannya. Orihime tidak lagi menenun, sehingga sang dewa tidak memiliki baju untuk dipakai. Sedangkan Hikoboshi tidak lagi meggembala hingga sapi-sapinya banyak yang berkeliaran dan sakit.
Melihat hal ini dewa bintang marah besar dan memutuskan untuk memisahkan paksa keduanya. Orihime dan Hikoboshi tinggal dipisahkan sungai Amanogawa (Galaksi Bima Sakti) dan melarang mereka untuk bertemu.
Dipisahkan dari sang kekasih membuat Orihime bersedih dan menangis setiap
hari. Sang Dewa yang merasa kasihan melihat Orihime, akhirnya mengiziknkan Orihime
untuk bertemu dengan Hikoboshi satu tahun sekali di malam hari
ke-7 bulan ke-7 (tanggal 7 Juli) yang
dipercaya sebagai tanggal keberuntungan.
Namun, jika hujan turun pada tanggal tersebut air sungai Amanogawa akan meluap, dan keduanya tidak bisa
bertemu. Agar hujan tidak turun pada tanggal yang telah dijanjikan, tanggal 6
Juli mereka berdoa kepada Dewa Bintang dengan menuliskan sajak berupa harapan
diatas secarik kertas warna-warni, kemudian menggantungkannya di batang pohon
bambu.
Berdasarkan cerita tersebutlah yang kemudian membuat orang Jepang selalu
merayakan tradisi Tanabata (Festival Bintang) setiap Tanggal 7 Juli. Perayaan
ini mulai dikenal di Jepang sejak zaman Edo (1603-1867). Dengan tujuan ikut
mendoakan agar pada hari itu cuaca cerah sehingga Orihime dan Hikoboshi bisa bertemu.
Seiring berjalannya waktu, saat ini orang Jepang justru terbiasa mengikuti kebiasaan sepasang kekasih tersebut, menuliskan harapan-harapan mereka di atas secarik kertas berwarna-warni dan menggantungkannya di batang pohon bambu agar doa mereka terkabul.
Perayaan Tanabata
Seiring berjalannya waktu, saat ini orang Jepang justru terbiasa mengikuti kebiasaan sepasang kekasih tersebut, menuliskan harapan-harapan mereka di atas secarik kertas berwarna-warni dan menggantungkannya di batang pohon bambu agar doa mereka terkabul.
Harapan-harapan itu dituliskan dalam secarik kertas berwarna-warni untuk
mengibaratkan bintang yang berwarna-warni yaitu Vega dan Altair yang berada di
Galaksi Bima Sakti.
Selain Tanzaku yang
digantung secara vertikal, dalam perayaan Festival Tanabata juga terdapat untaian
pita-pita yang digantungkan pada bola kertas sebagai lambang benang tenun Putri
Orihime.
Penulisan dan penggantungan secarik kertas harapan ini berakhir ketika Obon Matsuri (Festival Arwah) dimulai. Pohon bambu yang sudah digantungi banyak kertas harapan, akan dialirkan ke sungai sebagai pertanda agar kemalangan atau nasib buruk ikut hanyut terbawa oleh air dan doa segera terkabul.
Penggantungan hiasan berupa secarik kertas di batang pohon bambu saat Tanabata diibaratkan oleh Jepang sebagai pohon natal di musim panas. Perayaan terbesar setiap tahun dilaksanakan di daerah Sendai. Pada saat festival dimulai jalan-jalan pertokoan di daerah ini akan ramai dengan hiasan-hiasan Festival Bintang.
Penulisan dan penggantungan secarik kertas harapan ini berakhir ketika Obon Matsuri (Festival Arwah) dimulai. Pohon bambu yang sudah digantungi banyak kertas harapan, akan dialirkan ke sungai sebagai pertanda agar kemalangan atau nasib buruk ikut hanyut terbawa oleh air dan doa segera terkabul.
Penggantungan hiasan berupa secarik kertas di batang pohon bambu saat Tanabata diibaratkan oleh Jepang sebagai pohon natal di musim panas. Perayaan terbesar setiap tahun dilaksanakan di daerah Sendai. Pada saat festival dimulai jalan-jalan pertokoan di daerah ini akan ramai dengan hiasan-hiasan Festival Bintang.


sangat bermanfaat thanks
BalasHapusMakasih atas kisah hikoboshi(bintang alatar) dan orihime(bintang vega)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKisahnya sangat indah! Terima kasih buat rangkuman yang sangat informatif ini!
BalasHapusterima kasih
BalasHapus